Adaptibility Maksimum: untuk Sang Sikunir


Tanggal 21 Mei kemarin tepatnya hari sabtu lalu, saya dengan 3 teman saya refreshing naik gunung, di daerah Dieng Wonosobo.
Gunung yang kita tuju adalah Gunung Sikunir, untuk pertama kalinya saya tau gunung itu acara TvOne, ternyata dari atas sikunir kita bisa melihat 3 gunung sekaligus, yaitu gunung Sindoro, gunung Merapi, dan gunung Merbabu.
Kemudian saya searching di internet tentang gunung Sikunir, dan saya mendapatkan info-info untuk menuju ke sana.

Menuju Wonosobo
Hari itu hari Sabtu kami berempat siap-siap berangkat ke Wonosobo dari Purwokerto jam 11 siang dengan memakai bis jurusan Purwokerto-Wonosobo dan ongkosnya Rp. 20.000. Perjalanan Pwt-Wsb adalah 3 jam perjalanan dengan melewati kota Purbalingga dan Banjarnegara. Kebetulan sewaktu saya di bis sebangku sama ibu-ibu orang Wonososbo asli dan saya akhirnya nanya-nanya tentang jalur menuju Dieng.

Menuju Dieng
Untuk menuju Dieng dari Wonosobo kita bisa turun di terminal, RSU Wonosobo, dan alun-alun di sana kita bisa menemukan bis menuju Dieng dengan ongkos Rp 8.000 . Tapi ternyata sabtu kemarin saya turun di daerah yang sebelum ke 3 tempat tersebut, tempat mangkalnya para bis menuju Dieng karena di suruh ibu-ibu tadi untuk turun di situ, setelah turun kami langsung naik bis menuju Dieng, perjalanan Wonosbo – Dieng lamanya 1 jam, setelah satu jam perjalanan, kita turun di Simpangan, setelah itu kita menuju desa Sembungan tempat awal tracking menuju sikunir, dari Simpangan ke Desa Sembungan harus naik ojeg, ongkosnya Rp 10.000 perorang.

Menuju desa Sembungan
Desa Sembungan merupakan desa paling terakhir yang ada di Dieng, makanya di sana tak ada sinyal, di desa ini kita shalat Dhuhur dan shalat Ashar di mesjid yang ada di desa, tapi yang aneh di sana adalah adzan Ashar, di sana adzan Ashar jam setengah 5 sore, kita di sana pada heran, jelas heran seperti masuk dunia lain beda waktu!.
Setelah shalat ashar di mesjid bareng warga kita disalami semua warga yang ada di sana, mereka menyapa kita dalam bahasa jawa “sekang ndi?” “ monggo Pinarek”, warga yang ada di sana ramah semua, tak ada satu pun yang tak menyalami kite ketika kita berada dalam mesjid. Seperti dunia lain, statement untuk desa sembungan dalam hati saya terus berkata demikian.
Di desa ini ada sebuah telaga, namanya telaga Cebong, airnya hijau, dan dipinggir telaga itu ada bukit-bukit yang mengelilinginya, dan salah satunya adalah Sikunir, sebelum telaga Cebong, di bawah bukitnya ada lapangan lumayan besar, sering dipakai warga untuk maen bola, dan kita nge camp di sana.
Ngecamp satu malam seperti 3 malam, waktu terasa lama dan dingin sangat menggigil, gila dingin banget! Disana juga ada toilet umum untuk para warga jadi masih enak lah, tadinya kita mau nge camp di atas sikunir tapi saya ngga maun soalnya kalo udah di atas susah buat ngapa-ngapai, ngga ada toilet dsb.
Kita ngecamp dari jam 7 sampai jam 2 malem, tanpa tidur karena kedinginan, dari sinilah istilah Adaptbility Maksimum tercetus, dimana kita sudah sekuat mungkin nahan dingin, saya sudah paket jaket double, pake syal, pake kaos kaki, pake sarung tangan tapi tetep aja dingin banget.

Menuju Sikunir
Tracking menuju sikunir dimulai jam setengah 3 pagi, walaupun cuman 1 kilometer doank jaraknya dari lapangan telaga Cebong tempat ngecamp sampai Sikunir tapi kita mengantisipasi takut trackingnya agak susah, jadi kita berangkat jam setengah 3. Tracking menuju Sikunir tidak terlalu berta dan susah ternyata, sudah ada jalan yang disediakan warga, namum ¼ jalannya masih tanah biasa. Jalannya terus-menrus nanjak bikin pegel. Hahaha. .
Jam 4 kita sampai di atas Sikunir dengan spot yang cukup untuk melihat Sunrise, di sana kita ketemu sama pendaki lain dari Wonosobo, di sana ngobrol-ngobrol soal gunung-gunung dll. Di sana juga kita ngecamp lagi, sambil nunggu sunrise kita makan mie, biskuit dan minum kopi, pendaki yang kita temui baik-baik mau berbagi, kita di kasih kopi, di pinjemin gelas, di pinjemin minyak urut, dll. Kata mereka “Di atas Gunung Kita Adalah Saudara haha”. Setelah menunggu sekitar satu jam akhirnya sunrise mulai terlihat pelan-pelan, tapi sayangnya kabut juga turun pelan-pelan. Akhirnya yang kita lihat hanya percikan cahayanya. Di sana kita foto-foto, tapi syukur alhamdulillahnya saya melihat 3 komplek gunung itu, sindoro, merapi dan merbabu, meskipun ngga sempet terfoto tapi saya sempet lihat dengan mata kepala saya sendiri, pemaandangan yang jarang, indah banget.



Perjalanan ke kawah Sikidang
Sekitar jam 7 pagi kita tracking turun gunung sikunir, ngga terlalu lama sekita 30 menit an, setelah itu kita naik bis menuju kawah sikidang, ongkosnya Rp 3.000.
Ketik turun akhirnya kita menuju kawah sikidang, tapi kita salah jalan, seperti muter-muter, akhirnya kawah sikidang failed for destination! Sebenarnya kawah sikidang ngga terlalu bagus, cuman gitu-gitu aja, kawah yang mengleuarkan belerang, makanya kita ngga jadi ke kawahnya.

Menuju candi Arjuna Dieng
Dari sikidang kita berbelok menuju candi Arjuna Dieng, candi Arjuna Dieng ngga terlalu jauh dari kawah sikidang, sekitar 2 km, tapi karena kita jalan kaki jadi serasa jauh banget!. Akhirnya setelah setengah jalan kita numpang mobil kolbak, entah milik siapa, sampai ke Candi Arjuna. Disana ada 5 Candi tapi candinya kecil-kecil, di sana kita foto-foto, istirahat dan setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Tlaga Warna Dieng.
Sebelum ke telaga warna saya nanya-nanya sama tukang dagang, Tlaga Wrna Jauh apa ngga, dan kata tukang dagang itu deket, tinggal lurus kemudian belok kanan, tapi saya ngga percaya, deketnya orang gunung itu menipu! Akhirnya kita memutuskan naik ojeg, seharga Rp 10.000 untuk 2 orang dalam satu motor.


Menuju Telaga Warna
Ternyata benar candi Dieng- Tlaga warna jauhnya sekitar 3 km dan naik turun, kalo jalan kaki gempor lah yang ada, untung kita naik ojeg!
Di Telaga warna kita dipungut biaya retribusi masuk seharga Rp 5.000 tiap orng.
Pertama masuk disuguhi alunan musik dari pengamen tetap yang ada di jalan menuju Telaga warna, telaga warna itu eksotis tempatnya, hijau, tapi bau, hahaha, airnya air belerang mungkin, di sana banyak yang pacaran, kita ddi sana foto-foto sekitar 20 menit, lalu setelah itu kita pulang ke purwokerto.


Menuju Purwokerto
Dari telaga Wrana menuju Simpangan tempat bis ke Wonosobo pada mangkal ada sekitar 2 km, dan kita jalan kaki lagi, maklumlah kere, haha..
Tapi sekitar ¼ perjalanan menuju Simpangan kita dapet tumpangan, dan akhirnya sampai di simpangan, kita pulang jam 11 dari Dieng dan sampai Purwokerto jam 3. Dan ada cashback Rp 10.000, dan modal awal tiap orang Rp 100.000.
Saya berangkat ke Sikunir bareng Mas ranggi temen IMM saya, Kiki temen kuliah saya, dan Dini temen kosnya Kiki. Nice Trip, kapan-kapan kita cari lagi tempat bagus ya. .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jodoh

travelling vs backpacking

Review Titik Nol : Sebuah Narasi dan Kritik untuk Dunia Turisme