Postingan

Pada Suatu Hari

Gambar
Pada suatu hari, hari yang terik, kita berdua berjalan dari kampus menuju kosn tempatku tinggal lama selama masa kuliah, kita tak pernah bermimpi untuk mendapatkan ini itu terlalu dini. Di jaman kuliah dulu, di daerah Purwokerto jalan kaki adalah sebuah hal yang dianggap malu, karena di sana angkot jarang sekali, ada namun keberadaannya sangat jarang, mungkin bisa di hitung angkot lewat 20 menit sekali. Kenapa memalukan karena menandakan kita tidak bisa mengendarai motor atau kita tidak bisa membeli motor.  Saya baik-baik saja dengan keadaan tersebut karena perempuan, entah dengan seorang laki-laki di pinggir saya. Tapi sejauh ini, dengan ketiadaan motor  pada kehidupan kita tidak banyak mempengaruhi rasa keinginan saya untuk tetap berjalan dengan dia. Meskipun saya pernah berandai-andai, seandainya diantara kita ada yang punya motor kita akan mudah dan murah untuk berjalan-jalan kesana-kemari, tetapi nyatanya pun ketiadaan motor bagi kita tidak menyurutkan kita untuk jalan-jala

Grup Chat WhatsApp

Ramadhan tahun ini merupakan ramadhan yang sangat berbeda, karena pada tahun ini saya mempersiapkan pernikahan saya yang akan dilaksanakan 2 minggu sehabis lebaran. Di tengah hectic  nya persiapan nikahan, teman-teman saya rame di grup wa untuk kumpul buka bareng.  Momen buka bareng ini selalu dinanti semua teman-teman, khususnya mile karena mereka bakal berkumpul dan hampir setiap orang akan menyempatkan diri datang di acara buka bareng itu. Biasanya ada beberapa orang yang rela untuk mengurus acara buka bareng, kebetulan buka bareng selalu diadakan di Bandung karena mayoritas teman-teman banyaknya orang Bandung, orang sekitar Bandung seperti Garut, Sukabumi, Jakarta, Depok akan ikut hadir karena jaraknya tidak terlalu jauh dan untuk mensentralkan tempatnya jadi selalu Bandung menjadi pilihan tempat untuk berbuka puasa bersama. Kita itu sekumpulan teman, yang berteman dari tahun 2002 semenjak kita masuk SMP, sampai tahun 2017 kita masih tetap berteman bahkan kita sering menye

Pentingnya Ketahanan Pangan

Jadi begini, selama 7 bulan yang lalu gue terlibat dengan sebuah project mengenai bahan pokok dan penting yang ada di Indonesia, mengulas mengenai semua faktor perdagangan dari bahan pokok tersebut, sebenarnya project tersebut belum rampung karena begitu banyak jumlah buku yang harus gue tulis dan begitu banyak pembahasan di dalamnya.  Lebih jauh dari pada itu, gue menjadi tersadar akan 1 hal, yaitu ketahanan pangan negara itu sangat penting ternyata.  G ue pernah searching-searching mengenai ketahanan nasional, karena gue merasa sangat penasaran, seberapa perhatian pemerintah mengenai ketahanan pangan ini, ternyata selama ini ketahanan nasional  di dalamnya hanya terdapat ketahanan keamanan, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, politik dan ideologi.   Entah mengapa gue juga ga tau, apakah ketahanan pangan masuknya dalam ketahanan ekonomi atau sosial atau mungkin yang lainnya. Tapi yang paling penting adalah ketahanan pangan untuk di Indonesia sekarang sangat penting,

Deadline and target

Gambar
Kala itu, sepulang saya mengerjakan analisis mengenai thesis saya, saya ketar ketir sebelumnya karena analisisnya sedikit memusingkan. Analisis thesis saya mengenai pengaruh kewirausahaan terhadap kinerja sebuah perusahaan hortikultura, karena keterbatasan saya yang tidak begitu mengerti mengenai statistik, saya ketar ketir tidak tahun harus bagaimana, ada beberapa data yang mengacaukan hasilnya. Akhirnya saya harus bolak balik memperbaikinya. Jujur saya bukan tipe orang yang menyukai statistik, tetapi saya digiring dan dijerumuskan untuk terus belajar mengenai statistik dalam thesis saya. Alhasil begitu lah, secara konten saya sangat mengerti apa yang saya bahas, namun secara metodologi saya adalah orang awam pada thesis saya sendiri. Tetapi saya terus berusaha menyelesaikan thesis saya, hingga akhirnya saya bisa menyelesaikan thesis tersebut dalam 1 semester saja. Akhirnya saya lulus s2 tepat waktu, hanya 2 tahun dengan ipk 4. Namun saya tidak mendapatkan gelar cum laude karena

Passion

Oke guys.. Mau cerita nih soal passion.. Dalam setahun ini gue habiskan waktu gua untuk bekerja. Kerjaan gue masih serabutan, masih tahap freelancer, gajinya ga gede-gede amat, tapi kadang terasa gede juga sih cuman sistem penggajiannya borongan, dan kerjaannya musiman.  Lu tau kalo seorang kontraktor dapet project, nah abis itu tukang kuli nya lah yang kerja geder target. Kontraktornya untungnya gede banget biasanya sampe berkali-kali tipat. Tapi kuli nya mah segitu-gitu aja hahaha.  Nah itu yang gue alamin di dunia kerjaan gue sekarang, tapi kerjaan gue bedanya outputnya bukan rumah segede gaban, tapi dalam bentuk buku atau jurnal atau pun hasil penelitian lainnya. Yap gue seorang asisten peneliti. Ilmu lu tinggi tapi bukan berarti keahlian lu jauh lebih tinggi. Kadang keahlian lahir dari pengalaman. Gue berani kerja macam kaya gitu karena gue merasa keahlian gue masih cetek., dan mencoba mengasah diri gue untuk lebih handal dalam masalah penelitian-penelitian yang kaya be

Jodoh

Saya dilamar oleh seorang lelaki pada Februari kemarin, memang betul tak ada kata-kata yang terlontar dari saya ketika saya ditanya apakah saya betul-betul ingin bersama dia, saya hanya tersenyum menanggapi pertanyaan itu, dan saya sekarang mengerti apa arti tersenyum simpul seorang perempuan ketika pada saat prosesi lamaran, yang menandakan dia menerima ingin hidup bersama. Dulu ketika saya masih belum merasakan apa itu pacaran, saya sangat menentang tentang persepsi dimana tanda seorang perempuan menyetujui mau untuk dilamar adalah dengan tersenyum ketika ditanya, karena tidak setiap perempuan menerima lamaran, dan tidak setiap senyuman berati setuju, butuh ketegasan berupa perkataan yang menandakan dia betul betul menerima lelaki yang melamarnya, bagi saya dulu senyuman ketika di lamar bukan sebuah tanda tapi sebuah penghormatan pada lelaki yang melamar.  Tetapi sekarang  baru saya rasakan arti senyuman simpul itu. Bahwa ternyata memang tak ada kata yang setara dengan per

Review Titik Nol : Sebuah Narasi dan Kritik untuk Dunia Turisme

Gambar
Agustinus dalam kisah Titik Nol ini merupakan sentral sudut pandangnya terhadap tempat-tempat yang dia singgahi dan lewati. Seperti para traveler lainnya, Agustinus menceritakan rasa dan perasaannya terhadap apa yang dia lihat, dengar dan rasakan ketika dia melakukan travelling. Ada yang berbeda dari apa yang dinarasikan Agustinus dalam kisahnya di Titik Nol ini. Perbedaan sudut pandang itu lahir dari latar belakang dia sebagai etnis Tionghoa yang mempunyai kehidupan masa lalu di sebuah desa di Lumajang Jawa Timur, tidak hanya itu narasinya dikuatkan dengan ulasan-ulasan yang menarik nalar mengenai sebuah perubahan tempat yang ia kunjungi, kekuatan ulasan itu tentunya dari latar belakang intelektualitas seorang Agustinus itu sendiri yang mampu manangkap fenomena turisme. Saya sendiri baru membaca novel ini sampai halaman 210. Awal membaca, saya merasa alurnya loncat-loncat dari mulai Agustinus pergi ke Tibet, kemudian menceritakan lagi masalalunya ketika dia mulai berangkat se