My travelmate - 2

Oke guys kita ngobrol lagi masalah travel mate. 
Umur saya sudah 25 tahun ternyata makna arti dari travel bergeser. Travel mate memang merupakan sahabat yang cocok dan pastinya sangat satu selera dengan diri kita dalam hal bepergian, bertamsaya, berpetualang. Tetapi ketika umur beranjak apakah travel mate kita akan terus traveling bersama kita ?. The real travel mate pastinya akan terus traveling dimana pun dan kapanpun kita pergi. Telah sampailah saya pada pertanyaan itu, who is my real travel mate ?. Dia yang bisa saya ajak kemana saja. 
Saya tak pernah menyangka bahwa ternyata mungkin dan saya berharap Rian lah travel mate saya. Setelah berpikir panjang Rian bisa saya ajak kapan saja, dimana saja. Kita pernah ke Jogja, Solo, Jakarta, Bogor, Depok, Garut, Purwokerto, Purbalingga, Bandung. Dan kita melewati semua kota di malam dan di siang hari. Saat ini travelmate saya adalah dia. Dan kami menanti perjalanan selanjutnya dimana takdir membawa kita yang tak pernah kita kehendaki sebelumnya. Dan saya kira kita menikmati perjalanan ini :)


 

 




Kita banyak jalan - jalan dari mulai yang dekat dekat. Dari mulai gaya kita kalau di foto kaya orang cupu seperti mahasiswa baru kuliah haha.. Foto yang diambil biasanya kita memakai timer hp biar bisa di foto bareng-bareng atau kita meminta tolong orang yang lewat tapi kebanyakan kita memakai timer. Makanya tidak jarang 1 pose jadinya bermenit-menit karena cari angel yg bagus kalau kalau Hp dan kamera di tinggal untuk timer. Saya merasa senang jalan-jalan ke alam daripada sekedar nonton film di bioskop. Disamping bisa foto-foto kita juga bisa makan-makan. Kalo nonton di bioskop kita kebanyakan ketipu film. Tidak jarang film yang kita tonton ngga terlalu rame hahaha.. berhubung kita tidak bisa menyamakan jadwal bertemu dengan jadwal tayang film hahaha. . . semoga saja masih terus bisa jalan jalan bareng :)

Komentar

lestari mengatakan…
iya nih cih ... perlu nyari travel mate baru hehe

Postingan populer dari blog ini

Jodoh

travelling vs backpacking

Review Titik Nol : Sebuah Narasi dan Kritik untuk Dunia Turisme