menebak nasib
Nasib ku kini, nasibku kini tak mungkin aku dahului, karena nasibku datang mengiringiku dari belakang dan tak pernah menduhului ke depan, nasibku kini. .
saya sekarang sedang mengenyam pendidikan S2, ya S2,,, apakah anda kita bisa menebak apa yang terjadi di kemudian hari dari apa yang saya pilih sekarang ? jawabannya tidak, saya tidak tahu saya akan jadi apa kelak 2 atau 3 tahun mendatang,,, saya melanjutkan s2 karena berbagai alasan, ketika saya lulus s1 saya tidak sempat berfikir apa selanjutnya yang akan saya tekuni setelah lulus, karena orang tua saya langsung menyuruh saya untuk masuk s2, tapi setalah s2 yang sekarang saya jalani, ternyata saya bimbang dan galau tentang keadaan saya sekarang, akankah saya mentelesaikan semua dari apa yang telah saya mulai,banyak hal yang saya bimbangi, terutama masalah soal menyoal produktivitas diri saya dalam menghasilkan uang, yah uang,,, bukan saya bukannya memposisikan uang atas segalanya, dalam arti sekarang saya tidak produktif dan belum bisa menghasilkan sesuatu untuk sesuatu yang saya butuhkan sendiri, kadang saya berfikir ulang apakah s2 merupakan pilihan yang terbaik? tapi nyatanya toh saya sekarang sudah mengenyam dan menjalani, berarti mungkin inilah yang terbaik meskipun saya tidak tahu kedepannya bagaimana,, toh Tuhan pasti memberikan jalan bagi hambanya yang merasa tersesat . .
sebenarnya ada berbagai alternatif selain s2 yang bisa saya pilih, tapi semesta lebih mendukung saya masuk s2, akhirnya saya putuskan, saya masuk s2,, meskipun untuk kesekian kalinya saya bilang saya tidak tahu saya akan jadi apa kelak nanti setelah lulus s2 ini, satu sisi, saya sangat keterlaluan karena di usia se dewasa ini saya tak mampu menentukan arah, saya tak mampu memilih, saya tak bisa menerka, saya tak punya daya juang, saya sedikit pesimis,,,, mungkin inilah kesalahan terbesar saya karena kurangnya aktualitas diri saya, saya menutup buku s1 dengan belum tahu melangkah kemana, sampai sekarang, saya belum menemukan passion saya di s2, saya menjalani apa yang ada dihadapan saya saja sekarang, saya tak mau berdebat dengan keadaan, saya tak mau mengambil pusing dengan kebimbangan.
kadang ketika saya berangkat dan pulang kuliah s2 saya sekarang, saya sering merenungi diri saya, ya merenungi nasib saya yang selalu saya bawa di atas bis yang memberangkatkan saya ke kampus, dan pulang ke rumah, betapa pilunya hidup, pilu sekali karena otak saya kosong dengan rencana. satu hal yang memang menjadi karakter saya, saya selalu limpung dan terpuruk ketika saya akan melangkah pada level baru dalam hidup saya, dan saya merasakan hal ini ketika saya mau masuk SMP, pindah tempat tinggal menjadi di DA selama 6 tahun, kemudian saya pindah ke Purwokerto untuk s1 saya, kemudian sekarang saya pindah lagi ke rumah untuk s2 saya, ketika saya mulai hari pertama untuk pidah tahapan selalu di barengi dengan keadaan saya yang tiba-tiba sakit, sewaktu pertama sekolah SMP saya diantar ke DA dalam keadaan sakit, sewaktu pindah ke Purwokerto saya diantar dalam keadaan setelah sakit, dan waktu s2 pun sama demikian kuliah pertama saya di awali dengan bolos karena sakit, entah mengapa, tapi saya bisa menyimpulkan bahwa diri saya memang punya kecenderungan agak susah untuk menerima kenyataan, dan butuh adaptasi dalam beberapa jangka waktu tertentu untuk keadaan yang baru.
dalam kekososngan saya, dalam benak hati saya yang paling dalam, dalam perjalanan saya di atas bis, saya selalu bersyukur, saya bisa langsung s2, karena tidak semua orang bisa mengenyam s2 dengan lancar, dari kuliah-kuliahnya, dari dosen2nya, dari teman2nya, saya banyak mendapatkan hal baru yang membuka dan memperluas pikiran dan ilmu pengetahuan saya, saya banyak mendapatkan ilmu yang di s1 saya tidak mengerti, di s2 betapa mudahnya ilmu itu untuk dimengerti. saya merasa beruntung sekali punya orang tua yang mendorong saya untuk terus menuntut ilmu, saya beruntung sekali Allah selalu memudahkan jalan dan rizqinya untuk saya, saya beruntung sekali.
dalam kekosongan saya, dalam batin saya, apa yang saya hadapi bukan lah apa-apa jika di bandingkan anak-anak di NTT sana yang untuk sekolah SD saja mereka harus bangun jam 3 pagi, membawa obor, menerjang hutan, sungai dan alam hanya untuk sekolah, dan saya sekarang sangat terkutuk hanya untuk mengeluh.
nasibku, tak pernah ada yang tahu, Tuhan Maha Tahu, nasibku.
Komentar