mudaaaaaaa


pengen kepribadian saya yang dulu, yang kalem-kalem aja ketika ada masalah, yang selalu belagu ngga kenal takut, yang selalu ketawa-ketiwi kemana kemana, yang selalu nekat mau ngapain aja, yang selalu merasa bebas ngomong ini itu, pergi kemana, tanpa ada gelisah, takut, sedih dan galau,,,
dulu sendiri kemana-mana tapi hati saya bahagia,, dulu berasa hidup gimana gue semuanya, dulu bisa ngga bisa ujian tenang-tenang aja,, berasa ga ada beban, dulu main ke manapun ga di ijinin nekat kabur aja, dulu ujian ngga bisa nyontek aja, dulu kakak kelas ngelabrak lawan aja, dulu ada orang yelak kamar mandi selak balik, dulu ada orang nyindir ya sindir balik, dulu mau jalan-jalan pager ditutup panjatin aja,,, 
i'm feel free. . free. . 
mungkin semakin tua semakin terkekang dengan nilai-nilai, yang kadang nilai-nilai itu tidak memikirkan psikologis diri kita,, 
saya ngga ngerti apa yang dimaksud dengan dewasa apa kata orang, yang saya ngerti kita semakin tua, yang artinya kita menjalani hidup semakin rikuh, khawatir, gelisah, pesimis terhadap segala hal,,,
apakah hal tersebut adalah dampak dari kejadian yang dulu-dulu, i dont know,,, 
yang jelas jika saya dipaksa untuk memilih, saya ingin tetap muda, bebas, dan bersemangat!

i do what i like and i like what i do,, its so simple, but i'm enjoying with everything. . 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jodoh

Saya dilamar oleh seorang lelaki pada Februari kemarin, memang betul tak ada kata-kata yang terlontar dari saya ketika saya ditanya apakah saya betul-betul ingin bersama dia, saya hanya tersenyum menanggapi pertanyaan itu, dan saya sekarang mengerti apa arti tersenyum simpul seorang perempuan ketika pada saat prosesi lamaran, yang menandakan dia menerima ingin hidup bersama. Dulu ketika saya masih belum merasakan apa itu pacaran, saya sangat menentang tentang persepsi dimana tanda seorang perempuan menyetujui mau untuk dilamar adalah dengan tersenyum ketika ditanya, karena tidak setiap perempuan menerima lamaran, dan tidak setiap senyuman berati setuju, butuh ketegasan berupa perkataan yang menandakan dia betul betul menerima lelaki yang melamarnya, bagi saya dulu senyuman ketika di lamar bukan sebuah tanda tapi sebuah penghormatan pada lelaki yang melamar.  Tetapi sekarang  baru saya rasakan arti senyuman simpul itu. Bahwa ternyata memang tak ada kata yang setara dengan per
Baca selengkapnya

travelling vs backpacking

Gambar
Mengintip kata backpacking dan  travelling yang selama ini saya ulak ulik dan mencari tahu intinya, karena saya sangat terobsesi dengan kegiatan yang bernama travelling dan backpacking. . Kemarin saya habis baca buku  the journey, yang isinya tentang perjalanan 12 pengarang buku yang diterbitin di gagasmedia, seperti aditya mulya, raditya dika, ferdiriva hamzah, dll. Dalam buku  ini ada 12 cerita, tentang pengalaman, ulasan dan beberapa pesan moral ketika kita sedang dalam keadaan travelling. Ada beberapa cerita yang cukup menarik dan beberapa kali saya fikir ceritanya seperti membuka fikiran saya tentang persepsi saya mengenai travelling dan backpacking. Saya sekarang mempunyai persepsi antara backpacking dan travelling adalah hal yang beda satu sama lain, dan  satu hal lagi saya sadar akan  travelling dan backpacking bahwa kedua hal tersebut lebih baik dijadikan hobby / pasion namun bukan dijadikan sebuah profesi. Saya sadar bahwa travelling dan backpacikng beda dar
Baca selengkapnya

Review Titik Nol : Sebuah Narasi dan Kritik untuk Dunia Turisme

Gambar
Agustinus dalam kisah Titik Nol ini merupakan sentral sudut pandangnya terhadap tempat-tempat yang dia singgahi dan lewati. Seperti para traveler lainnya, Agustinus menceritakan rasa dan perasaannya terhadap apa yang dia lihat, dengar dan rasakan ketika dia melakukan travelling. Ada yang berbeda dari apa yang dinarasikan Agustinus dalam kisahnya di Titik Nol ini. Perbedaan sudut pandang itu lahir dari latar belakang dia sebagai etnis Tionghoa yang mempunyai kehidupan masa lalu di sebuah desa di Lumajang Jawa Timur, tidak hanya itu narasinya dikuatkan dengan ulasan-ulasan yang menarik nalar mengenai sebuah perubahan tempat yang ia kunjungi, kekuatan ulasan itu tentunya dari latar belakang intelektualitas seorang Agustinus itu sendiri yang mampu manangkap fenomena turisme. Saya sendiri baru membaca novel ini sampai halaman 210. Awal membaca, saya merasa alurnya loncat-loncat dari mulai Agustinus pergi ke Tibet, kemudian menceritakan lagi masalalunya ketika dia mulai berangkat se
Baca selengkapnya