Bilangan fu


Menurut saya buku itu terlalu focus pada suatu topik yaitu “lingkungan” sehingga mengenyahkan pemikiran yang lain atau kadang mempersilahkan pemikiran yang lain, yang menjadi clue dari buku itu sebenarnya adalah modernism, monoteisme, dan militerisme.
Ketiga hal itu adalah seuatu momok bagi orang-orang post modern, yaitu orang-orang yang ngga percaya terhadap kemajuan apapun yang terjadi dan tak menjajikan apa-apa buat kedepannya karena mereka melihat ternyata modernisme hanya akan merusak lingkungan, dengan cara mengeruknya tanpa kendali untuk industrilisaasi, sedangakan monotesime dalam buku itu diterangkan adalah sebuah agama yang menyatakan diri mempunyai tuhan yang esa, yang tunggal seperti Islam, Kristen dan Yahudi dan pada kenyataan sekarang orang-orang yang monoteisme lebih tidak rela membiarkan orang-orang yang mempunyai kepercayaan lain di luar mereka, jadi kata novel tersebut  monoteisme seolah-olah ingin merangsak orang-orang yang mempunyai agama lain yaitu agama yang terlahir dari bumi (Hindu dan Budha), karena menurut mereka tuhan itu satu, tapi bagi orang yang bukan monoteisme (Hindu dan Budha), tuhan itu adalah nol yaitu bisa mencakup secara keseluruhan, monoteisme banyak melakukan kekerasan atau membatah secara keras terhadap orang-orang di luar monoteisme, seakan memaksakan kehendak keinginan sendiri untuk menjejalkan pemikirannya sendiri terhadap orang lain sehingga mereka yang monoteisme jika melihat hal-hal yang seperti menyembah berhala, pohon dan memberikan sesajen pada roh halus, mereka langsung menyatakan kesemuanya itu adalah musyrik atau mempersekutukan tuhan yang esa. Militerisme, yaitu sistem militer yang kadang-kadang sekarang menjadi bagian kekerasan orang dalam menyelesaikan masalah, karena kebanyakan hal bermuara pada sebuah titik akhir yang bernama politik pada sebuah proyek-proyek dalam negri ini, maka politik itu sendiri kadang menjadi militerisme bagi sebagian orang, yaitu tak ada pertimbangan untuk kompromi kalau tentang masalah kekuasaan, maut adalah harga murah di hadapan militer, mereka terlalu congkak dan merasa sangat bangga banget kalau dihadapkan dengan orang-orang yang ada di bawahnya. Intinya novel ini tuh becerita tentang sebaiknya kita mejaga lingkungan, karena resiko yang akan di dapatkan jika tidak menjaga lingkungan itu akan mengakibatkan banyak sekali bencana, sampai pada global warming sekarang.
 Dulu orang-orang sebelum mengalami modernitas cara mereka menjaga lingkungan adalah dengan cara mengirim sesajen pada bumi yang ada disekitarnya, dan hal tersebut bergeser menjadi sebuah penyembahan kepada para mahkluk halus yang ada dilingkungan tersebut, maka hal itu kini di sebut sebuah kepercayaan, dulu ketika sesajen dikirim untuk bumi orang merasa takut untuk menyentuh dan merusak lingkungan yang di sajeni karena telah  ada kepercayaan bahwa sesajen adalah ritual utnk pemujaan mahkluk halus, jadi orang dulu kebanyakan melakukan penjagaan lingkungan dengan sungguh-sungguh karena hal itu, hal halus yang mereka takuti dapat melakukan hal-hal tidak-tidak bagi mereka sendiri. Tapi sekarang setelah adanya hal-hal yang menjadikan orang-orang tidak percaya hal seperrti itu yaitu militerisme, modernism, dan monoteisme, jadi banyak orang yang semena-mena melakukan perusakan terhadap lingkungan.
Seharusnya kita sebagai manusia yang berada pada dimensi kompleksitas tersebut, antara halus dan kasat, antara benar dan salah, antara agama dan kepercayaan, antara mistis dan realitas, mungkin sebaiknya kita menghormati semuanya karena yang salah belum tentu mutlak salah, karena yang benar belum tentu mutlak benar, semuanya hanya Allah yang tahu. Kita manusia sebatas mahkluk yang terbatas dari segala sisi dan seginya, orang-orang yang gampang mengambil kesimpulan dan bertidak semaunya itu lah yang gegabah menyikapi semuanya, makanya ngga heran orang banyak berseteru, bunuh membunuh, dan merusak satu sama lain dan lingkungannya karena mereka ngga bisa menghormati dan egois dalam lingkarannya sendiri, padahal sebaiknya ngga begitu, seharusnya kita bersikap satria dan wigati dalam menyikapi semuanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jodoh

travelling vs backpacking

Review Titik Nol : Sebuah Narasi dan Kritik untuk Dunia Turisme