Papandayan (lagi)



Tak ada bosannya saya mengunjungi Gunung yang satu ini, mengapa demikian karena gunung Papadayan ini terlalu eksotis. Waktu itu saya mendaki papandayan dengan teman teman SMA, adik saya dan saudara-saudara saya, kami ke Papandayan tepat tanggal 17 Agustus 2014. 

Gunung Papandayan ini merupakan tempat mendaki gunung yang cocok untuk para pemula, piknik keluarga, dan juga bagi anda yang ingin lepas dari kepenatan. Pasalnya Papandayan menyuguhkan berbagai hal yang maha indah, tetapi untuk menjangkaunya tidak perlu bersusah payah seperti pendaki gunung profesional. Akses menuju Papandayan sangatlah baik. Pemerintah kota Garut akhir akhir ini memperbaiki jalan menuju akses pendakian paling terakhir dengan sangat memungkinkan untuk membawa mobil sedan mini sekalipun. 
Tidak hanya di tempat parkir terakhir ketika kita memulai star pendakian sudah ada fasilitas mushala, tempat wudhu, toilet, kantin dan penjaga / pihak pengelola kawasan gunung papandayan. Sebelum start mendaki kita harus mendaftarkan diri dan membayar biaya administrasi pada pihak pengelola. 
Setelah itu mulai lah anda untuk pendakian.
Awal pndakian anda akan di suguhi pemandangan kawah Papandayan yang selalu mengepulkan asapnya. 

Pemdaangan kawah Papandayan ketika permulaan pendakian

traking dengan pemandangan kawah ini hanya akan anda nikmati sekitar 30 menit perjalanan santai. Kita akan mendaki melewati pinggiran kawah kawah tersebut hingga kita melewati kawah tersebut. Untuk itu hati-hati dalam mendakinya karena terjal dan ada beberapa jalan yang hanya setapak dan dibawahnya adalah kawah. 
Setelah melewati kawah kita akan menemukan jalan menurun dan landai dengan pemandangan yang tidak kalah cantik pula.

Pemdangan tracking setelah kawah papandayan

Tracking menurun setelah melewati kawah, kita akan melihat seperti lembah yang menurun kemudian kita akan melewati kerumunan pohon-pohon yang tidak terlalu tinggi khas pegunungan dengan traking menanjak hampir 70 derajat, mungkin inilah tracking yang paling cukup lumayan susah ketika kita ke Papandayan. Tetapi tenang saja tracking menanjak ini tidak begitu lama, sekitar 30 menit bisa dilewati dan tentu saja tidak begitu susah karena banyak pijakan yang sudah terbentuk dan ranting-ranting pohon yang bisa dijadikan tempat berpegangan ketika akan mendaki. Setelah tracking pendakian ini kitapun akan menemui jalanan datar kembali tentunya dengan pemandangan yang cantik lagi :)

Pemandangan setalah tracking menanjak
Setelah tracking menanjak kita akan menemukan jalan yang datar, namanya lawang angin, kalau sudah menemukan jalan ini berarti sebentar lagi memasuki kawasan pondok saladah. Pondok saladah ini merupakan kawasan yang sering dipakai untuk berkemah, di samping kawasan ini seperti lapangan yang cukup luas, di Pondok Saladah ini ada juga sumber air bersih yang memudahkan para pendaki untuk mengambil air untuk memasak. Selain itu di pondok saladah juga ada aliran sungai kecil yang  bersih yang bisa digunakan pendaki untuk buang air kecil dan buang air besar. Namun sayangnya banyak pendaki yang jorok, mereka banyak buang air kecil dan besar dengan sembarang dan membuang sampah dimana saja. Over all meskipu begitu tetapi pondok saladah tetap menjadi kawasan yang paling baik untuk berkemah. 

Pemandangan di Pondok Saladah (Kawasan Perkemahan Gunung Papandayan)
Karena waktu itu kami ke Papandayan ketika tanggal 17 Agustus maka banyak sekali pendaki-pendaki lainnya yang sedang merayakan 17 Agsutusan di Pondok Saladah ini. Malam - malamnya kawasan pondok saladah ini ramai sekali seperti sebuah kompleks perkampungan, tetapi hal ini memberikan sensasi tersediri karena malamnya para pendaki berkumpul dan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersamaan. Berasa beda pengalaman mendaki kali ini di papandayan. 
Subuh sekitar jam 4 pagi kita lanjut tracking kembali untuk melihat sunrise. Kita mendaki ke arah tegal alun dengan jalur dari belakang pondok saladah. Jalur trackingnya sungguh sangat berat karena kita seolah-olah mendaki gunung lagi. Jalurnya mendaki naik dan dengan batu yang sungguh besar-besar.
Kita berangkat mendaki dengan pendaki lain dari Jakarta, sehingga kita punya teman untuk saling bantu di jalur yang berat itu. Tidak terasa berat jalurnya karena kita mendaki saat masih gelap. 
Setelah hampir pagi kita dan usai jalur berbatu, kita pun menemukan hutan agak rimbun tetapi masih banyak jalan setapak yang bisa diikuti, tidak perlu khawatir karena ada tanda-tanda yang telah dibuat oleh pendaki lain sebagai petunjuk jalan. Setelah itu kami menemukan hamparan padang edelweis yang sangat luas. Inilah tegal alun yang kami tuju rupanya, tetapi ternyata kalau ingin melihat sunrise tidak disini tempatnya, kita tidak menemukan sunrise. 

Tegal alun Papandayan



Pemandangan tegal alun ini tak ada duanya. Kita berasa bukan ada di Garut. Setelah kami putar-putar dan karena tidak tahu jalan serta teman kami Fahria ingin cepat cepat pulang akhirnya kami pulang dengan jalur yang sama. Hari sudah agak siang sehingga hutan yang tadi kita lewati terlihat jelas. Tidak hanya hutan tetapi tracking yang penuh dengan batu yang menanjak ketika naik sekarang jelas terlihat lebih mengerikan ketika turun tetapi pemandangannya tidak kalah bagus lagi ketika kita menuruni tracking ini. 



Indah bukan. Setelah kami turun perlahan lahan, kami pun mulai melihat pondok saladah dan berjalan mendekat. Setelah itu kami memasak dan sarapan pagi. Ketika kami akan cuci piring ke sungai kecil terdengar rombongan pendaki yang barengan dengan kita baru pulang ternyata mereka pulang dengan memutar tegal alun melalui hutan mati. Nyesel sih kenapa kita ngga ikutin mereka lewat jalur itu, karena dengan turun dan balik melewati jalur tadi kita tidak sempat ke hutan mati. Tapi yasudah lah. 

Setelah makan kita bersiap untuk pulang dan ketika pulang pun kita disuguhi pemandangan yang cantik lagi. Papandayan sungguh kaya akan hal memanjakan mata . 






Pulangnya yang seharusnya melawati jalur hutan dengan pohon pohon kecil yang menanjak, kita tidak melewati jalur itu lagi, awalnya memang enak karena landai dan jalannya lurus, tetapi ternyata di ujung jalan kita harus menuruni bukit yang sangat menurun, kita salah jalan. Untuk balik lagi ke jalur awal kita merasa males, jadilah kita menerjang jalur yang sangat ekstrim. Pendaki-pendaki lain berteriak supaya kami berhati-hati dan sebaiknya balik lagi. Tapi kami tetap terus menuruni jalur ekstrim tersebut karena kalau balik lagi jadi jauh sekali dan kita terlanjur setengah jalan. 


Setelah itu kita pulang dengan melewati kawah papandayan kembali. Pendakian yang menakjubkan dan kalian harus coba mendaki Papandayan :)
kalau mau ke papandayan berikut petunjuk jalannya yang pernah saya posting di postingan sebelumnya di http://tentangvici.blogspot.com/2011/09/papandayan-ngga-kalah-indah-koq.html.



Komentar

Mbak Lestari mengatakan…
ayuuk ... lagi lagi dongs

Postingan populer dari blog ini

Jodoh

travelling vs backpacking

Review Titik Nol : Sebuah Narasi dan Kritik untuk Dunia Turisme