Bule..bule.. bule.. Ngga akan pernah ada habisnya deh kalo ngomongin bule sama yang namanya Dea. Entah kena serangan apa, entah karena datang badai apa, entah ada angin apa yang namanya Dea menjadi seorang yang mengagumi bule. Tapi mungkin jika ditebak menurut analisis saya adalah dia mengagumi bule dengan tujuan menjembatani mimipinya menuju negri lain setelah Indonesia. ya, dia ingin sekali ke luar negeri. Dea yang dulu berbeda dengan Dea yang sekarang, Dea adalah satu-satunya teman yang ada di MILE yang menggilai majalah SPORT, yang jelas dia adalah orang yang berlangganan secara ekslusif menitip Koran Olahraga ke anak yang lain jika mereka pergi ke pengkolan, dan alhamdulilllahnya anak-anak pada mau dia titipin, tapi malangnya itu Koran olahraga ngga l aku di asrama kecuali pemiliknya saja yang baca, jadi hampir tidak ada satu orangpun yang nyambung dengan dia ketika berbicara soal olahraga kecuali orang—orang yang tiba-tiba ngga sengaja membaca korannya dengan alasan BOR
Pada suatu hari, hari yang terik, kita berdua berjalan dari kampus menuju kosn tempatku tinggal lama selama masa kuliah, kita tak pernah bermimpi untuk mendapatkan ini itu terlalu dini. Di jaman kuliah dulu, di daerah Purwokerto jalan kaki adalah sebuah hal yang dianggap malu, karena di sana angkot jarang sekali, ada namun keberadaannya sangat jarang, mungkin bisa di hitung angkot lewat 20 menit sekali. Kenapa memalukan karena menandakan kita tidak bisa mengendarai motor atau kita tidak bisa membeli motor. Saya baik-baik saja dengan keadaan tersebut karena perempuan, entah dengan seorang laki-laki di pinggir saya. Tapi sejauh ini, dengan ketiadaan motor pada kehidupan kita tidak banyak mempengaruhi rasa keinginan saya untuk tetap berjalan dengan dia. Meskipun saya pernah berandai-andai, seandainya diantara kita ada yang punya motor kita akan mudah dan murah untuk berjalan-jalan kesana-kemari, tetapi nyatanya pun ketiadaan motor bagi kita tidak menyurutkan kita untuk jalan-jala
lestari punya nama panggilan nonon, kita awalnya aneh, tidak ada satu huruf pun yang mewakili nama lestari jadi nonon, kata nonon nama panggilannya itu dari waktu dia kecil dan merupakan nama panggilan dari keluarganya. Nonon itu orangnya menarik, tinggi, dan cantik, tak perlu banyak kosmetik yang mesti dipakai, dia tanpa bedak saja sudah cantik, maksudnya enak di lihat, dan memang nonon ngga pernah pake bedak dalam tiap harinya waktu di DA, ketika itu mukanya ada bercak-bercak puith ga jelas, dia periksakan ke dokter dan kata dokter nonon punya pigmen kulit yang tak rata, akhirnya nonon membiasakan diri memakai pelembab (sunblok) pada saat itu. Nonon adalah oarang yang imajinasinya sangat tinggi, sehingga dari imajinasinya dia bisa menciptakan gambar-gambar yang bagus buat di lihat, dia punya tangan yang ajaib, yang bisa mewarnai, mereka-reka barang jadi terlihat menarik, dia tukang gambar, bahkan saat-saat kosong dia, dia habiskan waktunya dengan menggambar, dia punya sepera
Komentar