Pare,,, the English village. .


Rencana untuk menuju pare tercetus ketika saya merasa blank tentang yang namanya bahasa inggris, kalo kata orang pare sendiri sih “failed education English language when we junior and senior high school” yeah that true! Hahaha,,, 

Akhirnya setelah saya di wisuda tgl 18 september 2012, saya memutuskan pergi ke pare buat belajar ngomong, nulis, tata bahasa Inggris,,, mau bagaimanapun sekarang bahasa inggris jadi hal yang vital saat kita mau kerja, s2, dan yang lainnya,, akhirnya saya bersama teman saya Kiki berangkat tgl 24 september 2012, tepatnya jam setengah 4 pagi dan berangkat dari stasiun kroya cilacap dengan kereta kahuripan seharga Rp35.000,00,, tiba di Kediri jam setengah 12 siang, setelah itu saya naik becak sampai kantor pos dengan harga Rp10.000,00 setelah itu saya naik angkutan umum yang bertuliskan huruf P di depannnya yang menankan mobil itu akan menuju Pare,  perjalanan Kediri – Pare mencapai 1 jam, akhirnya kita diturunkan di Pare di Desa Tulungrejo yang sepi banget,,  sebelumnya saya ditanya dulu tempat kursus yang akan saya jadikan tempat kursusan, kita bilang di elfast, dan akhirnya si tukang supir memberhentikan kita di pinggir jalan, yang antah berntah kita ngga tau apa-apa, mana setelah itu kita di tipu pula yang harusnya ongkosnya Rp7.000,00 menjadi Rp15.000,00 per orang, kita ngga bisa berkutik karena kita adalah pendatang -.-

Setelah itu kita makan di warung makan yang ada di depan kita sambil nanya-nanya elfast, dan kebetulan kita bawa peta pare, tapi tetep aja masih buta, secara orang pertama masuk wilayah baru :O, akhirnya kita ditujukin jalan menuju jalan kemuning yang melewati gang kecil, pertama merasa ngga percaya aja masa elfast masuk gang kecil, tapi mau apalagi emang faktanya begitu, akhirnya kita susuri gang itu dan setelah itu kita nanya lagi ke orang yang tiba-tiba ada naik sepeda, kita nanya elfast dimana, ternyata memang benar arahnya, tapi lumayan cukup jauh, penderitaan pendatang yang buta bukan hanya saja buta jalan tapi jalan sejauh 500 meter ke elfast dengan bawa tas segede gaban seberat 10 kilo  ada kaliii, mana kucel, kummel, dan cengo aja sama semua keadaan,, akhirnya setelah susah payah kita nemu elfast, dan daftar di kelas fundamental english dan elementary stage, karena kelas toefl ternyata hanya di buka pada tgl 10 saja,,,
Setelah daftar kita mencari kosn, lumayan cukup jauh tapi di jalan kita memaksa abang-abang yang ada di deket elfast buat jadi tukang ojek dadakan, karena kita sangat cape,,, tadinya kita mau ngecamp, tapi ngecamp lumayan mahal dan kamarny pada sempit, akhirnya kita ngekos, yang kamarnya gede harga lebih murah yaitu Rp120.000,00 per bulan. Setelah itu kita menyewa sepeda untuk pergi kemana-mana, karena di Pare jarang sekali angkutan umum, kita menyewa sepeda Rp75.000,00 per bulan, semua orang yang ada di Pare sangat umum memakai sepeda ke mana-mana.

Hari berikutnya mulai lah kita masuk kelas pada hari pertama hahaha,,, sempet salah kelas karena bentrok, tapi akhirnya kita masuk kelas yang Alhamdulillah anak-anak2nya pada rame,, kita masuk kelas fundamental kelas B dan kelas elementary kelas A2,,, kesan pertama adalah, ternyata banyak yang ngga bisa bahasa inggris, dan mereka ngga malu buat belajar dari awal lagi,, salut deh buat orang-orang yang jauh-jauh dating ke pare cuman buat belajar bahasa dengan sungguh-sungguh.
Teman-teman saya di dominasi oleh pertama : orang sudah lulus kuliah, biasanya mereka ingin belajar bahasa karena pengen daftar beasiswa, pengen dapet kerja bagus dsb, kedua: orang-orang yang udah lulus SMA tapi ngga keterima di universitas lalu mereka  kabur dan belajar bahasa lah di pare, ketiga : orang-orang yang ingin meningkatkan kemampuan bahasa meskipun mereka sudah berumur, biasanya mereka belajar bahasa untuk mendukung bsnis mereka, study lanjutnya di s2, persiapan buat keluar negri dan liburan, yah liburan tidak sedikit mungkin orang-orang memanfaatkan liburan mereka dengan pergi ke pare berlibur sambil belajar . Ada juga yang satu rombongan langsung dari satu sekolah yang membawa murid-murid mereka disekolahkan di kursusan yang ada di Pare.

Satu sudut pandang saya tentang pare, begitu pare sangat terkenal dengan kata English Village nya, banyak orang dari daerah-daerah yang ada di Indonesia yang datang dan banyak datang ke pare hanya untuk belajar bahasa, dan ketika saya di kelas, saya menemukan orang dari sumatera sampe NTT, jadi satu kelas benar-benar beragam,, tapi yang aneh adalah paling banyak orang yang berkunjung ke Pare adalah orang Makasar, entah kenapa, orang pare sendiri bertanya-tanya kenapa bisa begitu :O,,  saking dominannya orang makasar biasanya dalam satu kelas yang berisi 30 orang 10-15 orang adalah orang Makasar.
Fakta tentang Pare, faktanya adalah ketika saya belajar bahasa inggris ternyata yang mengajar saya adalah anak seumuran saya, bahkan di bawah umur saya, tapi mereka punya kemampuan berbahasa, berkomunikasi dan mengajar dengan baik, salut deh. . 

Faktanya Pare yang kita tau English Village, mungkin orang mengira adalah sebuah desa yang penduduknya berbahasa Inggris semua, hal itu jauh dari bayangan, karena pare adalah sebuah desa yang dikatakan English Village karena banyak sekali kursussan bahasa Inggris,, satu Desa jika pada saat musim libur sekolah bisa sampai 180 lebih kursusan yang bisa melayani pendatang ke Pare buat belajar bahasa, yang aneh itu satu desa pada bisa jadi tutor les bahasa inggris, gimana ya :O, dan yang paling aneh lagi adalah kursusan kadang bertempat di rumah-rumah penduduk, dari yang kumuh sampei yang elite,,, waaahhhhhh.. . .
Faktanya system pengajaran di kursusan di pare punya system yang dibuat secara khusus untuk pendatang Pare supaya mereka bisa belajar bahasa inggris yang mudah dan cepat dalam waktu singkat,,
Faktanya semua kursusan di Pare tidak diakui oleh Dinas Pendidikan tetapi diakui oleh dinas pariwisata,,, maka orang yang datang ke Pare sebenanrnya bukan untuk belajar dalam arrti sebenarnya tapi untuk melancong cuman sambil belajar, “yes we are a tourist in pare” maka ngga heran kalo tiap minggu tiap-tiap kursusan yang ada di Pare biasanya menwarkan trip untuk murid-muridnya, misalnya mulai dari tempat pariwisata yang ada di pare itu sendiri, Malang, Surabaya, Bali dan kota lainnya.
Faktanya pare adalah sebuah Kecamatan yang ada di kota Kediri, dan sebenanrnya yang  menjadi desa bahasa itu sendiri adalah desa Tulungrejo,, :O

Tapi pare ngga pernah sepi, selalu cukup banyak, dan banyak sekali pendatang ketika musim liburan, orang-orang datang  hanya untuk belajar bahasa, dari yang muda ampe yang tua, semua msih semangat belajar di Pare, sejauh apapun mereka, mereka tetap datang ke Pare untuk belajar J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jodoh

travelling vs backpacking

Review Titik Nol : Sebuah Narasi dan Kritik untuk Dunia Turisme