Grup Chat WhatsApp

Ramadhan tahun ini merupakan ramadhan yang sangat berbeda, karena pada tahun ini saya mempersiapkan pernikahan saya yang akan dilaksanakan 2 minggu sehabis lebaran. Di tengah hectic nya persiapan nikahan, teman-teman saya rame di grup wa untuk kumpul buka bareng. 

Momen buka bareng ini selalu dinanti semua teman-teman, khususnya mile karena mereka bakal berkumpul dan hampir setiap orang akan menyempatkan diri datang di acara buka bareng itu. Biasanya ada beberapa orang yang rela untuk mengurus acara buka bareng, kebetulan buka bareng selalu diadakan di Bandung karena mayoritas teman-teman banyaknya orang Bandung, orang sekitar Bandung seperti Garut, Sukabumi, Jakarta, Depok akan ikut hadir karena jaraknya tidak terlalu jauh dan untuk mensentralkan tempatnya jadi selalu Bandung menjadi pilihan tempat untuk berbuka puasa bersama.

Kita itu sekumpulan teman, yang berteman dari tahun 2002 semenjak kita masuk SMP, sampai tahun 2017 kita masih tetap berteman bahkan kita sering menyebut sesama teman kita dengan panggilan "keluarga tanpa ikatan darah". Kita selama 6 tahun melakukan kegiatan sehari-hari bersama-sama, seperti mandi, makan, shalat, belajar, tidur dan bermain, semuanya bersama-sama, satu waktu dan satu tempat. Setelah tahun 2008 kita berpisah, tetapi kita selalu punya moment tersendiri untuk merayakan kebersamaan, kita selalu menyempatkan diri untuk berkumpul setiap beberapa bulan sekali atau itu satu tahun sekali ataupun beberapa tahun sekali. Jenjang waktu 15 tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi kita untuk mengenal satu sama lain. Namun lama-lama saya tersadar tempat dan waktu bisa saja kita habiskan bersama tapi jalan hidup tak bisa kita bagi bersama. Kita mempunyai jalan hidup masing-masing yang membentuk diri kita berbeda-beda dari satu dengan yang lain. 

Fikiran itu terbesit ketika perencanaan acara bukber tahun ini. Bukber tahun ini begitu menguras energi dan emosi, karena tempat bukber. Tempat bukber yang di inginkan adalah di Hotel. setengah anak-anak di grup wa memilih diam. Tidak bersuara sama sekali. Sedangkan anak-anak lain yang mempersiapakan acara sudah beberapa kali menawarkan tempat dan konsep. Karena diantara kami sudah ada yang membawa anak kecil maka hotel menjadi pilihan utama karena mempertimbangkan kenyamanan anak, karena kita tahu sendiri anak kecil memang sangat rentan dengan suasana gaduh, ramai dan tidak terkendali. Setiap orang di grup memang menyadari itu, tidak bisa menolak, tidak bisa juga memungkiri bahwa memang tempat seperti hotel adalah tempat yang pas dan nyaman untuk teman-teman kita yang sudah mempunyai anak. Hampir semua orang dari kita tidak bersuara, ada yang bersuara mengusulkan tempat lain akhirnya juga tidak menjadi pilihan karena pertimbangan tersebut. Lama-lama teman saya yang merencanakan acaranya mulai merasa aneh kenapa grup wa akhirnya tidak ada yang bersuara lagi seperti biasanya. Dia pun sampai saat ini belum menemukan jawaban secara langsung kenapa hal tersebut bisa terjadi. Padahal biasanya chat grup wa ramai seperti biasa. Ada beberapa orang yang chat melalui privat message ke saya mereka takut salah ngomong, karena pada saat itu keadaannya sangat panas sekali obrolannya. Saya sendiri pun sama takut salah ngomong. Selain itu mereka tidak bersuara karena memang tidak punya pilihan lain, di samping mereka tidak bisa mengurus bukber karena punya kesibukan, akhirnya mereka serahkan semua pada perencana acara. Tapi tetap saja meskipun begitu mereka berada pada sisi yang abstain mengenai tempat bukber. Setiap kali ada usulan lain akhirnya akan bertuju pada satu pilihan yaitu tempat bukbernya di Hotel. Berselang satu minggu rencana bukber kita akhirnya gagal, karena pengunduran waktu dari usulan saya, yang akhirnya saya disalahkan juga karena mengusulkan hal terebut. Karena waktu itu saya berfikir, semalaman kalian saling berlontar kata-kata tidak enak, apakah besok bukber akan jadi moment baik buat kita untuk saling bercengkrama? Apakah ada perasaan tidak enak kalau kita nanti saling menatap mata tapi di grup wa  saling berkata-kata ?. Saya mengusulkan agak dimundurkan untuk menghindari rasa ketegangan itu. Walaupun kita pun sebenarnya tidak se serius itu mengambil hati untuk itu, tapi untuk mereda kan tidak ada salahnya, supaya kumpulnya bisa enak.

Setengahnya dari mereka, adalah teman-teman saya juga, yang setiap kali bermain memilih jalan-jalan ke museum dan taman kota atau hanya sekedar jalan-jalan keliling kota. Kita memang selalu bersama tapi tak pernah sekalipun kita punya agenda untuk nongkrong di mall untuk ngopi cantik, kita tak pernah sekalipun main ke mall untuk acara belanja bareng. Sekalinya ke mall kita hanya mengantar teman yang butuh untuk beli sesuatu. Kita seringnya belanja di pasar baru, walaupun huru hara, jalan kaki keliling kota, kebun binatang, taman lalu lintas. Lapar kita makan seadanya tak pernah ingin ini itu, sederhana tapi kita bahagia. Bukan berarti tidak punya uang tapi kita memang bahagia dengan bermain seperti itu. 

Memang kelihatanya kita ngga terlalu gaul seperti perempuan ummnya pada seumuran sekarang, tapi entah kenapa kalau kita berkumpul selalu kita memilih tempat yang sederhana untuk dijadikan tempat kumpul kita. KIta tidak pernah ke cafe mahal, apalagi hotel. Mungkin bolehlah semua orang bilang kita begitu udik dan kampungan, tapi ya mau bagaimana lagi, memang ini cara kita bahagia. 

Mungkin alasannya kenapa beberapa orang diam di grup chat, tidak bisa menolak tempat bukber yang ditawarkan karena kita pun tahu bahwa hotel memang tempat yang paling cocok untuk bukber tahun ini, tapi kita pun merasa aneh sendiri, kita tidak terbiasa dengan hal-hal tersebut. Memang diantara kita ada yang pernah di hotel untuk urusan pekerjaan tapi tidak terbiasa untuk menghabiskan waktu dengan teman di tempat-tempat seperti itu. Saya pun sedih kalau ingat kejadian grup wa ini. Bukan berarti kita karena single jadi tidak mau ikut bukber di hotel, bukan. Bukan karena harga makanannya lebih mahal, bukan karena jalannya yang susah, bukan. Tidak ada alasan untuk ketemu dengan teman-teman, tapi cara bahagia  diantara  kita mungkin memang ternyata sudah berbeda. Kita tak bisa di paksa, dan yang lainpun tak bisa kita paksa untuk menyesuaikan kita. 

Memang salah kita tidak banyak bertoleransi pada saat itu, tapi ternyata saya sadar gaya hidup dan cara bahagia lebih kurang begitu terus kita jalan dan mnjadi bagian jalan hidup. Maaf ya, tapi saya harap kalian mengerti dengan adanya tulisan ini. Meskipun akhirnya ada beberapa dari kita yang akan ikut bukber di hotel, mencoba untuk hal yang baru. Tapi saya berharap tetaplah berbahagia dengan hal yang sederhana, sehingga jiwa kita bebas dari apa-apa yang menjadi tuntunan yang tak berarti. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jodoh

travelling vs backpacking

Review Titik Nol : Sebuah Narasi dan Kritik untuk Dunia Turisme