Pentingnya Ketahanan Pangan
Jadi begini, selama 7 bulan yang lalu gue terlibat dengan sebuah project mengenai bahan pokok dan penting yang ada di Indonesia, mengulas mengenai semua faktor perdagangan dari bahan pokok tersebut, sebenarnya project tersebut belum rampung karena begitu banyak jumlah buku yang harus gue tulis dan begitu banyak pembahasan di dalamnya.
Lebih jauh dari pada itu, gue menjadi tersadar akan 1 hal, yaitu ketahanan pangan negara itu sangat penting ternyata.
Gue pernah searching-searching mengenai ketahanan nasional, karena gue merasa sangat penasaran, seberapa perhatian pemerintah mengenai ketahanan pangan ini, ternyata selama ini ketahanan nasional di dalamnya hanya terdapat ketahanan keamanan, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, politik dan ideologi.
Entah mengapa gue juga ga tau, apakah ketahanan pangan masuknya dalam ketahanan ekonomi atau sosial atau mungkin yang lainnya. Tapi yang paling penting adalah ketahanan pangan untuk di Indonesia sekarang sangat penting, bahkan pangan menembus dimensi ketahanan dari keamanan, ekonomi, sosial dan lainnya, kenapa begitu ?
Masalah perut itu ga bisa di tolerir, lapar hanya bisa di tahan ber jam-jam tidak bisa ber hari-hari dan di negara kita ada 250 juta perut yang harus terus kita penuhi kebutuhan konsumsinya setiap harinya, 1 hari pasokan pangan telat atau kurang akan menimbulkan berbagai masalah baik ekonomi dan sosial. Secara ekonomi inflasi kita akan tinggi, kenapa ?lo bayangin aja logis ga kita beli cabe nyampe 150rb pe kg hanya untuk cabe doank, padahal biaya produksinya ga sampe segitu tp karena langkanya cabe jadi harganya menjadi segitu, dan itu membuat konsumen mengeluarkan uang lebih dari nilai cabe riil nya sendiri, akibatnya semua harga ikutan naik juga. Secara sosial perut lapar selalu menimbulkan emosi, tidak fokus, kurang pintar, kurang gizi, kebodohan, kelaparan dan akhirnya kematian secara perlahan. Makanya kenapa ketahanan pangan sangat penting dari segala ketahanan nasional yang ada karena ketahanan pangan suatu negara jika tidak di atur secara baik menjadi pembunuh berdarah dingin yang secara perlahan bisa mematikan untuk rakyatnya sendiri.
Kalo bicara data, sebenernya gue ngeri ga ngeri sih, sebenernya indonesia itu negara yang cukup tangguh dan mampu berkembang terus. Jangan salah, negara kita mempunyai 250 juta penduduk dan yang paling gue salut adalah sebenernya Indonesia sampai saat ini bisa mencukupi pangannya setidaknya bisa memproduksi pangannya sendiri. Jadi kalau melihat data, gue lihat produksi beras Indonesia itu ga selamanya defisit koq, bahkan kadang surplus. Tidak hanya itu, negara kita mampu memproduksi minyak sawit yang dipakai untuk minyak goreng terbesar di dunia. Gula kita masih bisa memproduksinya sendiri meskipun selalu defisit tetapi angka defisitnya tidak terlalu besar, apalagi kalau diupayakan maksimal, kita kayanya ga mesti impor lagi. Bawang merah dan cabe kita berlimpah, dengan angka impor kecil.
Tapi meskipun begitu, ada beberapa yang kadang membuat gue khawatir juga, untuk masalah bahan pokok yang di atas kayanya ga terlalu ngeri tapi untuk yang lain lumayan juga. Daging sapi kita masih bisa produksi hanya saja masih kekurangan banyak sekali.
Daging ayam dan telur kita masih berada tahap aman, meskipun yang mengusahakannnya kebanyakan dari perusahaan Thailand, dan sumber bahan bakunya masih dari sana juga. Kedelai kita impor hampir 90%, gandum untuk tepung terigu kita impor hampir 100%, belum lagi bawang putih, bawang bombai, buah-buahan seperti apel, pear, anggur, kiwi, jeruk kita masih menjadi konsumen produk-produk pertanian impor tersebut. Coba lu bayangin lu makan indomie atau gorengan sehari berapa kali ? lu makan tahu tempe sehari berapa banyak ? dan apakah lu pernah berfikir kalo misalnya Amerika menghentikan pasokannya ke kita bagaimana? 1 hari aja ga ada kedelai, ga terbayang gimana. Isu soal iklim dan cuaca masih bisa kita tolerir tapi kalau isu politik, perdagangan dan globalisasi yang menghentikan perdagangan kedelai Amerika ke Indonesia ? pernah terbayangkan ? seberapa jauh diri kita bergantung pada negara lain? jangan bicara negara, kita sendiri aja dulu kalo ga makan kedelai sama gorengan sehari atau bahkan seminggu bagaimana ? its not about nation, but about you, seberapa jauh diri kita bergantung terhadap pemasok pangan yang notabene buka negara kita sendiri, yang kapan pun bisa saja memutuskan kerjasama perdagangan jika ada sesuatu hal. Bisa kah kita ?. Jika kita makan makanan yang terbuat dari kedelai dan tepung terigu setiap hari artinya kita bergantung pada Amerika setiap hari. Begitupun dengan komoditas lainnya yang masih di impor dari negara lain.
Tapi meskipun begitu, Indonesia tetap menjadi negara tangguh. 250 juta penduduk selalu menjadikan Indonesia begitu seksi dimana negara lainnya. Jika kita mampu berswsembada maka kita bukan lagi pasar bagi mereka. Negara lain menggenjot produksinya besar-besar an jika tidak ada pasar mau kemana mereka menjual ?. Makanya jangan heran segala macam produk banyak menyerang negara kita, dan yang lebih seksi dari negara kita adalah, ekonomi kita cukup kuat untuk menopang perdagangan global meskipun kita negara berkembang. Kekuatan ekonomi tersebut jika dimaksimalkan dengan produksi dalam negri yang maksimal negara lain pasti kekurangan pasar. Makanya banyak beberapa kesepekatan perdagangan internasional yang kadang ga sejalur dengan prinsip negara kita, karena mereka pasti ingin terus menjadikan Indonesia sebagai pasar.
Kadang kita begitu membenci barang impor, namun sebenernya impor itu bisa ditekan dengan kebiasan kita juga, bukan dengan menghentikannya secara tiba-tiba. Kita tidak boleh menampik bahwa Indonesia negara yang tidak bisa memproduksi gandumn karena secara topografi dan klimatologi gandum tidak bisa hidup di iklim tropis. Tapi kita bisa berupaya untuk tidak menjadikan terigu sebagai makanan pokok kita. Seperti halnya kasus daging kerbau impor india, kita menerima daging impor india, tapi lama-lama daging kerbau india akan seidikit demi sedikit tidak ada, karena kita yang tidak terbiasa makan daging kerbau India.
Pelaksanaan impor juga penting ketika produksi kita kurang sekali. Makanya kadang ketika surplus pun kita tetap impor karena itu dilakukan untuk berjaga-jaga atau untuk hanya sekedar menjaga hubungan baik perdagangan antar negara, supaya kita datang ke negara tersebut tidak hanya pada saat butuhnya saja, karena negara importir juga butuh pasar. Kalo kita tidak ingin menjadi psarnya maka di saat kekurangan kita juga akan kalang kabut mencari pemasok. Begitupun kita yang mempunya komoditas ekspor, kita butuh pasar, kadang dalam dunia perdagangan internasional ada semacam barter, dimana lu boleh jual barang lu kesini asalkan kita juga boleh jual barang ke negara lu. Nah makanya kadang ada beberapa produk yang kadang ga penting tapi masuk ke negara kita, misalnya di saat harga kentang turun eh malah ada kentang impor dan kita tahu sendiri kalo kentang bisa kita produksi sendiri.
Tapi ternyata peran pemerintah juga sangat berpengaruh terhadap masalah ketahanan pangan ini, apalagi garda terdepan perbatasan seperti bagian ekspor impor dan kepabeanan. Administrasi dan proses pelayanan serta ketentuan impor yang lama ternyata dapat mengacaukan pasar. Seperti misalnya di pasar harga daging tinggi, impor dilakukan tapi administrasinya lama hingga 3 bulan, jadilah daging impor datang 3 bulan setelahnya, bukan pada saat harganya tinggi tapi pada saat harganya sudah turun, kan aneh.
Kalo gue bahas panjang lebar akan sangat panjang banget, karena soal pangan ini ribet banget. Karena karakteristik pangan sendiri yang rentan dengan berbagai hal. Pangan sangat sulit dikondisikan ketersediaannya karena sangat dipengaruhi iklim, sangat sulit di simpan karena mudah busuk, sangat sulit mendistribusikannya karena tidak semua daerah menghasilkannya.
Ada berjuta-juta nyawa yang membutuhkannya, dan ada berjuta-juta petani yang dihidupi dari hasilnya. Semoga tulisan ini menyadarkan akan arti penting pertanian bagi yang membaca.
Komentar